Wednesday, February 18, 2015

Menginjak Bumi Cendrawasih

Rabu, 27 Agustus 2014, kedua kaki ini mendarat di kota wamena, bersama 29 orang sarjana lain yang bertujuan sama , yaitu mengabdi di kabupaten jayawijaya untuk mengajar anak-anak disini. kota wamena, sebuah kota yang terletak di pegunungan tengah papua. kota ini terletak di ketinggian 1600 m dari permukaan laut. kota wamena itu seperti dalam kuali, karena dipinggir kota ini semua dikelilingi oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Lembah Baliem

matahari bersinar terik menyambut kedatangan kami disini, bukannya panas yang dirasakan, malah kami menggigil kedinginan. Udara disini sangat dingin , rata-rata sekitar 15 sampai 19 derajad celcius. suhu yang sangat tidak biasa bagi kami anak-anak kalimantan yang tinggal di daerah khatulistiwa dengan udara panas sepanjang hari.

kami tiba di bandara wamena, bandara wamena terletak di jantung kota wamena, bandara disini cukup aneh dan berbeda dari bandara daerah lain. bandara disini tidak memiliki ruang tunggu yang memadai, usut punya usut, bandara dibakar karena kerusuhan di tahun 2010. pengambilan barang dari bagasi cukup aneh bin ajaib. petugas akan membawa barang-barang kita di pinggir bandara dan akan memanggil satu-persatu nama pemilik barang. pemilik barang pun harus berdesak-desakan dengan pemilik barang yang lain maupun dengan porter liar yang juga menunggu disitu. kewaspadaan dituntut harus tinggi disini, bisa saja barang kita diambil oleh porter liar dan dibawa lari.

Sekeliling bandara banyak sekali orang yang berlalu lalang, padahal bukan penumpang, mungkin itu adalah hal biasa, di kota asal pun mungkin begitu, tapi yang membedakan adalah warna kulitnya, kulit hitam yang mendominasi, yang membuat lebih kaget lagi ada satu orang yang sudah renta hanya mengenakan koteka saja, pemandangan yang tidak pernah kami lihat dikota asal kami. Orang tua ini mendekati siapapun yang baru datang, termasuk kami, hampir saja kami semua mengeluarkan kamera kami untuk memfoto dia, tapi setelah dijelaskan oleh senior kami tidak jadi memfotonya. Disarankan jangan memfoto dia, karena dia pasti akan meminta uang yang tidak sedikit dan tidak akan pergi dan terus mengikuti kita sampai kita memberinya uang yang diminta. Pinggiran bandara pun banyak sekali ibu-ibu (yang disini disebut mama-mama la'uk) yang berjualan berbagai hasil alam dari kebun mereka sendiri, baik sayur, buah-buahan, bunga, serta cinderamata. 

Kota wamena sudah lumayan maju, sudah banyak kios-kios yang berdiri, ada beberapa hotel (meskipun baru bintang tiga) dan penginapan, 3 lapangan futsal, pasar-pasar tradisional dengan model modern, gedung-gedung pemerintahan yang sudah permanen, jalan-jalan aspal yang menghubungkan antar distrik bahkan sudah punya mall yang bernama mall wamena
Kantor Bupati Jayawijaya

Mall Wamena

Bumi cendrawasih juga bisa maju dan mengejar daerah lain asal warga dan pemerintah bahu membahu dalam membangun daerah papua ini