SD YPPK ST.
THOMAS ASOLOGAIMA
SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan
Tertinggal) merupakan program yang diadakan oleh DIKTI (Direktorat Pendidikan
Tinggi) untuk para sarjana pendidikan untuk mengabdi di daerah terpencil selama
setahun. Program ini akan diteruskan lagi dengan PPG (Pendidikan Profesi Guru)
yang juga selama setahun, jadi 2 tahun total kami akan mengabdi dan belajar
hingga mendapatkan gelar S.Pd,Gr.
Saya berasal dari LPTK Universitas Mulawarman program studi
pendidikan fisika yang alhamdulillah mendapatkan daerah sasaran kabupaten
jayawijaya, Papua. Kabupaten ini terdapat di pegunungan tengah Papua dan dekat
sekali dengan Puncak Trikora, puncak tertinggi di Indonesia.
Pembagian sekolah diadakan setelah 3 hari kami mendarat di
kabupaten ini, saya mendapat sekolah di SD YPPK St. Thomas Asologaima, sekolah
ini beralamat di Jalan Asologaima, Kampung Asologaima, Distrik Asologaima.
Distrik ini dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dengan menggunakan
mobil selama kurang lebih 1 jam. Jalan yang ditempuh tidaklah mulus, jalannya
sangat jelek, banyak lubang disana-sini, jalan yang berkelak-kelok, naik turun,
Menuju Tempat
pengabdian
Salah satu Jalan
yang harus dilewati
Jalan darat menggunakan mobil hanya sampai
di distrik mulyama, untuk menuju SD YPPK St. Thomas Asologaima kita harus
berjalan kaki lagi selama hampir 2 jam melewati lembah dan keluar masuk hutan.
Perjalanan yang cukup panjang bagi saya yang selama ini kemana-mana membawa
kendaraan bermotor, hal ini sangat menguras tenaga,
Jalan pertama yang kita lewati yaitu
sebuah padang rumput yang luas, tempat ini merupakan bekas tempat
perang-perangan untuk festival lembah baliem yang diadakan setiap bulan
agustus, karena akses ketempat ini dirasa makin susah, maka tempat
perang-perangan di pindah ke distrik wosi. sejauh mata memandang tempat ini
hanya di tumbuhi ilalang yang lumayan cukup tinggi. Tanah dibawahnya kering,
tapi di beberapa tempat terdapat aliran air yang jika kita tidak hati-hati kaki
kita akan masuk kedalam lumpur yang cukup dalam.
Setelah melewati padang rumput , kita akan
memasuki jalan setapak kecil yang sering dipakai warga sekitar untuk ke kebun,
pohon besar dikiri dan kanan menyambut kita. bersyukur jika tidak hujan, jalan
akan kering, jika hujan jalanan setapak itu akan sangat becek dan sangat susah
untuk dilewati. Banyak kubangan di kanan kiri bekas babi atau bahasa daerahnya
disini disebut wam berendam
dan menggali tanah. Banyak pagar-pagar dari kayu disamping kiri dan kanan serta
didepan kita yang akan kita panjat. Pagar ini berfungsi untuk menghalau babi
agar tidak masuk ke kebun warga.
Tidak cukup jalan setapak, banyak sekali
titian kayu yang harus kita lewati, kayu yang dijadikan titian pun sangat
kecil, harus ekstra hati-hati jika tidak ingin jatuh kedalam air yang
sebenarnya tidak dalam tapi bisa membuat kita basah dan kotor karena terdapat
lumpur juga didalam situ. Kabar baiknya disekitar titian kayu, warga biasa
menancapkan sebatang kayu penyangga yang dapat kita jadikan pegangan dan
menjaga kita tetap seimbang. Jalan setapak memasuki hutan dan titian kayu akan
kita lewati selama kurang lebih sekitar 45 menit.
Melewati hutan, kita akan sampai
diperkebunan warga, perkebunan ini lumayan luas dan banyak warga yang bekerja
disini. Tanaman yang ditanam dikebun ini bervariasi, ada kol, ubi (ipere), lombok (rica), wortel dan sebagainya yang cocok ditanam didaerah
pegunungan. Perjalanan melewati kebun kita akan sering bertemu warga dan sudah
menjadi budaya atau tradisi disini kita akan disapa dan bersalaman dengan warga
yang lewat.
Pepohonan agak tinggi kita akan lewati
setelah melewati kebun warga tadi, tidak lama waktu yang diperlukan untuk
melewati tempat ini, tidak sampai lima menit dan kita akan kembali ke jalan
setapak yang biasa dilewati oleh warga. Hal ini menandakan bahwa sekolah yang
kita tuju kurang lebih 10 menit lagi.
Rawa-rawa akan kita lewati setelah hutan
tadi, beberapa jembatan kayu, kubangan-kubangan lumpur akan kita temui lagi,
mendekati sekolah jalan akan semakin susah, karena disini daerah aliran air
yang biasa warga gunakan untuk keperluan minum sehari-hari. Ekstra hati-hati
kita disini, jika tidak kita akan jatuh dan masuk lagi kedalam lumpur yang
cukup dalam. Penanda kita sudah dekat dengan sekolah adalah gapura kecil yang
dibentuk oleh 2 pohon secara alami, sampailah disekolah tempat mengabdi dan
mendidik anak negeri.
Beruntungnya kami tinggal dilingkungan sekolah
jadi tidak harus pulang pergi untuk menuju sekolah ini, alhamdulillah. Tidak ada listrik disekolah ini, jadi setiap minggu kami
turun kekota untuk mengisi daya listrik laptop, hp dan power bank, begitulah perjalanan menuju tempat pengabdian dan
mendidik anak negeri.
keren banget mas, bisa melihat keindahan alam sambil mengabdi..
ReplyDelete