Wednesday, May 13, 2015

Perjalanan menuju tempat mengabdi dan Mendidik Anak Negeri

SD YPPK ST. THOMAS ASOLOGAIMA


SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) merupakan program yang diadakan oleh DIKTI (Direktorat Pendidikan Tinggi) untuk para sarjana pendidikan untuk mengabdi di daerah terpencil selama setahun. Program ini akan diteruskan lagi dengan PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang juga selama setahun, jadi 2 tahun total kami akan mengabdi dan belajar hingga mendapatkan gelar S.Pd,Gr.

Saya berasal dari LPTK Universitas Mulawarman program studi pendidikan fisika yang alhamdulillah mendapatkan daerah sasaran kabupaten jayawijaya, Papua. Kabupaten ini terdapat di pegunungan tengah Papua dan dekat sekali dengan Puncak Trikora, puncak tertinggi di Indonesia.

Pembagian sekolah diadakan setelah 3 hari kami mendarat di kabupaten ini, saya mendapat sekolah di SD YPPK St. Thomas Asologaima, sekolah ini beralamat di Jalan Asologaima, Kampung Asologaima, Distrik Asologaima. Distrik ini dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 1 jam. Jalan yang ditempuh tidaklah mulus, jalannya sangat jelek, banyak lubang disana-sini, jalan yang berkelak-kelok, naik turun,


Menuju Tempat pengabdian

Salah satu Jalan yang harus dilewati

Jalan darat menggunakan mobil hanya sampai di distrik mulyama, untuk menuju SD YPPK St. Thomas Asologaima kita harus berjalan kaki lagi selama hampir 2 jam melewati lembah dan keluar masuk hutan. Perjalanan yang cukup panjang bagi saya yang selama ini kemana-mana membawa kendaraan bermotor, hal ini sangat menguras tenaga,

Jalan pertama yang kita lewati yaitu sebuah padang rumput yang luas, tempat ini merupakan bekas tempat perang-perangan untuk festival lembah baliem yang diadakan setiap bulan agustus, karena akses ketempat ini dirasa makin susah, maka tempat perang-perangan di pindah ke distrik wosi. sejauh mata memandang tempat ini hanya di tumbuhi ilalang yang lumayan cukup tinggi. Tanah dibawahnya kering, tapi di beberapa tempat terdapat aliran air yang jika kita tidak hati-hati kaki kita akan masuk kedalam lumpur yang cukup dalam. 


Setelah melewati padang rumput , kita akan memasuki jalan setapak kecil yang sering dipakai warga sekitar untuk ke kebun, pohon besar dikiri dan kanan menyambut kita. bersyukur jika tidak hujan, jalan akan kering, jika hujan jalanan setapak itu akan sangat becek dan sangat susah untuk dilewati. Banyak kubangan di kanan kiri bekas babi atau bahasa daerahnya disini disebut wam berendam dan menggali tanah. Banyak pagar-pagar dari kayu disamping kiri dan kanan serta didepan kita yang akan kita panjat. Pagar ini berfungsi untuk menghalau babi agar tidak masuk ke kebun warga.

Tidak cukup jalan setapak, banyak sekali titian kayu yang harus kita lewati, kayu yang dijadikan titian pun sangat kecil, harus ekstra hati-hati jika tidak ingin jatuh kedalam air yang sebenarnya tidak dalam tapi bisa membuat kita basah dan kotor karena terdapat lumpur juga didalam situ. Kabar baiknya disekitar titian kayu, warga biasa menancapkan sebatang kayu penyangga yang dapat kita jadikan pegangan dan menjaga kita tetap seimbang. Jalan setapak memasuki hutan dan titian kayu akan kita lewati selama kurang lebih sekitar 45 menit.

Melewati hutan, kita akan sampai diperkebunan warga, perkebunan ini lumayan luas dan banyak warga yang bekerja disini. Tanaman yang ditanam dikebun ini bervariasi, ada kol, ubi (ipere), lombok (rica), wortel dan sebagainya yang cocok ditanam didaerah pegunungan. Perjalanan melewati kebun kita akan sering bertemu warga dan sudah menjadi budaya atau tradisi disini kita akan disapa dan bersalaman dengan warga yang lewat.

Pepohonan agak tinggi kita akan lewati setelah melewati kebun warga tadi, tidak lama waktu yang diperlukan untuk melewati tempat ini, tidak sampai lima menit dan kita akan kembali ke jalan setapak yang biasa dilewati oleh warga. Hal ini menandakan bahwa sekolah yang kita tuju kurang lebih 10 menit lagi.

Rawa-rawa akan kita lewati setelah hutan tadi, beberapa jembatan kayu, kubangan-kubangan lumpur akan kita temui lagi, mendekati sekolah jalan akan semakin susah, karena disini daerah aliran air yang biasa warga gunakan untuk keperluan minum sehari-hari. Ekstra hati-hati kita disini, jika tidak kita akan jatuh dan masuk lagi kedalam lumpur yang cukup dalam. Penanda kita sudah dekat dengan sekolah adalah gapura kecil yang dibentuk oleh 2 pohon secara alami, sampailah disekolah tempat mengabdi dan mendidik anak negeri.

Beruntungnya kami tinggal dilingkungan sekolah jadi tidak harus pulang pergi untuk menuju sekolah ini, alhamdulillah. Tidak ada listrik disekolah ini, jadi setiap minggu kami turun kekota untuk mengisi daya listrik laptop, hp dan power bank, begitulah perjalanan menuju tempat pengabdian dan mendidik anak negeri.

1 comment:

  1. keren banget mas, bisa melihat keindahan alam sambil mengabdi..

    ReplyDelete